Pages

Tuesday, 23 March 2010

Ajari Anak Berbagi

MENGEMBANGKAN sifat pemberi kepada anak memang tidak mudah. Namun, dengan kesabaran dan empati yang tinggi, orangtua dapat membantu anak-anak terbiasa berbagi.

Mengajar anak-anak untuk berbagi, tidaklah mudah. Ambil kasus Forest Melchior, 39, seorang terapis kesehatan di Telluride, Colorado, Amerika Serikat. Melchior berusaha ekstra keras untuk membantu kedua anaknya yang berusia 5 tahun dan 3 tahun belajar untuk bertukar mainan dan bersikap ramah.

”Tapi jujur saja, berbagi merupakan hal yang paling sering menjadi penyebab perkelahian di antara mereka,” ungkap Melchior yang bekerja paruh waktu di pusat kebugaran tersebut. Dia meyakinkan anak-anaknya bahwa konflik itu melelahkan dan tidak menyenangkan. ”Tapi, aku mengerti. Berbagi sulit, bahkan untuk orang dewasa,” sebutnya.

Melchior mengaku mencoba segalanya untuk mengajarkan anak berbagi. Misalnya dengan membangun ruangan olahraga di rumah sehingga salah satu dari mereka bisa lebih lama bermain dengan mainan baru. ”Tapi menemukan keseimbangan yang wajar benar-benar sulit,” katanya.

Yang harus digarisbawahi, tentu saja bahwa belajar untuk berbagi tidak mudah bagi kebanyakan anak-anak. ”Tetapi, secara pelan dan bertahap serta menggunakan empati terhadap pandangan mereka ke depan, orangtua tentu dapat dengan mudah membangun perdamaian antarsaudara,” kata Harvey Karp MD, penulis buku ”The Happiest Toddler on the Block: How to Eliminate Tantrums and Raise a Patient, Respectful, and Cooperative One-to Four-Year-Old.”

Kebanyakan anak-anak, menurut Karp, belum mengerti konsep dari kata ”milik saya” dan ”milik kamu” sampai mereka berusia 3 tahun. Mereka berpikir bahwa apa yang mereka inginkan, itulah milik mereka. Masih benar-benar egois, dan itu wajar. Untuk itulah, orangtua dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai mendasar kepada anak.

Balita belajar bahwa berbagi terdiri atas tiga bagian, yaitu benda, memberi, dan mengembalikan. Namun, nyatanya proses berbagi tidak selalu mengandung unsur mengembalikan. Misalnya, pada makanan. Makanan yang sudah diberikan tidak mungkin diminta kembali atau sekadar dipinjamkan. Inilah sebabnya, anak usia kira-kira 3 tahun ingin mendapatkan banyak. Sebab, bila dibagikan, miliknya jadi berkurang.

Namun, balita biasanya telah memiliki rasa keadilan didirinya. ”Meskipun tidak biasanya, hal ini cukup sejalan dengan orang dewasa. Perbandingan sebagian besar dari dewasa yaitu 50-50,” katanya. ”Untuk balita ini berkisar 90-10. Di sini, mereka akan tetap membawa mainan 90 persen atau saya akan memberikan mainan kecil ini,” lanjut Karp.

Langkah awal, dia menyebutkan, yang harus diambil sebelum memperbaiki kesalahan anak (sebagian orangtua cenderung melakukan ini), adalah untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan anak. ”Ketika kita hanya menyuruh dan mencoba membetulkan sikap anak, ini tentu saja tidak baik. Anak-anak perlu mengetahui bahwa keinginan mereka dihargai dan dihormati,” kata Karp.

Dan ketika akhirnya anak Anda berhasil berbagi mainan, berikan pujian dengan antusiasme tinggi seperti mengajaknya ”tos” atau mengatakan ”bagus, anak baik”. Bahkan, lebih baik jika orangtua berbicara seperti boneka Elmo sambil menyanjung perilaku anak.

”Kita semua pasti lebih memperhatikan jika yang kita dengar suara-suara aneh,” kata Karp. Anak akan menghargai pujian yang diberikan orangtuanya. Teknik ini mungkin saja akhirnya dapat membuat Anda tertawa bersama-sama dia yang baik bagi semua orang.

Agar anak berhasil mengembangkan keterampilannya untuk berbagi, orangtua juga dituntut menciptakan kondisi bahwa berbagi adalah sesuatu yang semestinya.
Membiasakan anak selalu berbagi, memberi kesempatan pada anak untuk selalu memperhatikan kebutuhan orang lain.

Cobalah untuk memberikan mainan yang membutuhkan kerja sama. Misalnya, puzzle, balok, dan kertas besar untuk melukis bersama. Cerita dalam buku-buku yang Anda bacakan juga bisa menjadi inspirasi bagi anak untuk belajar berbagi. Selain itu, hindari sikap membedakan di antara anak-anak karena mereka cepat sekali mendeteksi bila mereka tidak diperlakukan sama.

Karp menyatakan ada sejumlah tip agar anak senantiasa berbagi. Pertama, siapkan waktu bermain dari awal. Biarkan balita atau anak prasekolah menyisihkan sebagian dari mainan kesayangan dia sebelum anak-anak lain datang. Bagi anak yang bersaudara, terutama kakak laki-laki atau perempuan, dapat memiliki beberapa mainan yang ditujukan hanya untuk mereka.

Kedua, katakan secara jelas. ”Anak-anak mendapatkan pengertian yang jauh lebih baik dari apa yang Anda inginkan jika Anda menggunakan istilah ‘bergantian’,” ujar Karp. Itu karena mereka telah belajar bergiliran saat masih bayi ketika melakukan ”percakapan” dengan pengasuh. Jelaskan juga bahwa mainan semua sama saja cara bermainnya sehingga semua orang harus mendapat giliran.

Dan terakhir, perlihatkan contoh di kehidupan nyata. ”Anda bisa memperlihatkan dan menunjukkan sikap berbagi dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Karp. ”Katakan ‘Lihatlah orang itu. Dia berbagi roti dengan burung’ sambil menunjuk kegiatan seseorang di hadapan anak,” kata Karp.  Cara ini terbukti efektif untuk menumbuhkan rasa berbagi pada diri anak.
Sumber : Okezone 

Share/Save/Bookmark

0 komentar: