Pages

Sunday, 4 April 2010

Seputar Gaya Belajar Anak

Tidak semua orang memproses informasi dengan cara yang sama. Itu sebabnya kita perlu mengetahui bagaimana gaya bekerja otak diterjemahkan ke dalam gaya belajar yang berbeda-beda pula. Para orangtua dapat mengetahui potensi dan gaya belajar anak secara detil dengan melakukan tes potensi dan bakat  anak.
Dengan mengenal perbedaan gaya-gaya yang mendasar ini, orangtua dan guru akan lebih mudah menemukan referensi gaya belajar yang paling efektif untuk anak atau siswa didiknya. Menurut para pakar, ada beberapa model gaya belajar :

1. Tipe VISUAL
Ini merupakan kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera penglihatan. Pada model gaya belajar ini, informasi data visual terbagi menjadi data berupa teks (tulisan, huruf, angka, simbol) dan berupa gambar (foto, diagram).

Ciri anak tipe Visual:
Lebih mudah ingat dengan melihat, lebih suka membaca, saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat orang lain melakukan dulu baru kemudian dia sendiri yang bertindak. Anak dalam kelompok ini juga dapat duduk tenang saat belajar di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa merasa terganggu.

Kendala dari tipe visual antara lain tak suka berbicara di depan kelompok dan tak suka mendengarkan orang lain, tahu apa yang harus dikatakan tapi tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, serta tulisan tangannya berantakan sehingga tak terbaca. Anak dari kelompok visual juga biasanya kurang mampu mengingat informasi yang disampaikan secara lisan.

Cara menstimulasi:
Gunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis bisa berupa film, slide, ilustrasi, coretan, atau kartu-kartu gambar berseri yang bisa dipakai untuk menjelaskan informasi secara berurutan. Mintalah anak untuk menghapal dengan membayangkan obyek atau materi yang sedang dipelajarinya.

2. Tipe AUDITORY
Tipe Auditory merupakan kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera pendengaran. Pada model gaya belajar ini informasi terbagi menjadi data berupa bahasa dan nada.

Ciri anak tipe Auditory:
Mudah ingat dari apa yang didengarnya dan didiskusikannya. Senang dibacakan atau mendengarkan, lebih suka menuliskan kembali sesuatu, senang membaca dengan suara keras, bisa mengulangi apa yang didengarnya, senang diskusi, bicara atau menjelaskan panjang lebar. Anak dengan tipe auditory pada umumnya menyenangi seni musik dan mudah mempelajari bahasa asing.

Kendala anak dengan tipe auditory antara lain cenderung banyak omong, tak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut, apalagi bila  anak memiliki konsentrasi yang lemah. Anak juga lebih memperhatikan informasi yang didengarnya, jadi kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungannya.

Cara menstimulasi:
Bekali anak dengan tape recorder untuk merekam semua materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Libatkan anak dalam kegiatan diskusi, coba bacakan informasi, kemudian meringkasnya dengan bentuk lisan dan direkam untuk selanjutnya diperdengarkan dan dipahami.

3. Tipe KINESTETIK
Kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera tubuh. Pada model gaya belajar kinestetik, informasi terbagi menjadi data berupa gerakan dan sentuhan.

Ciri anak tipe Kinestetik:
Gemar menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, suka mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya sedemikian aktif, banyak gerak fisik dan memiliki koordinasi tubuh yang baik, menyukai kegiatan/permainan yang menyibukkan secara fisik, lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada menjelaskan.

Kendalanya, anak sulit mempelajari hal-hal yang abstrak, tak bisa belajar di sekolah-sekolah yang bergaya konvensional di mana guru menjelaskan dan anak duduk diam. Kapasitas energi anak cukup tinggi, sehingga bila tidak disalurkan akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya.

Cara menstimulasi:
Bersekolah pada sekolah yang menganut sistem active learning di mana siswa banyak terlibat dalam proses belajar. Dengan begitu, kemampuannya dapat berkembang optimal. Untuk siswa yang memiliki kapasitas energi berlebih, sebaiknya diberikan aktivitas fisik, seperti kegiatan olahraga atau kesenian. Salurkan energi dengan memberikan kebebasan beraktivitas sebelum belajar, sehingga anak bisa duduk tenang selama belajar.
Sumber : Kompas
Share/Save/Bookmark

0 komentar: