WAH, si kecil sedang asyik 'menyedot' susu dari botol dotnya. Saking hausnya, botol susu yang sebelumnya terisi penuh berangsur-angsur kosong, dalam waktu singkat.
Hmm, sudah pasti Moms gemas melihatnya, apalagi melihat si kecil sudah bisa memegang botol dotnya sendiri. Namun, coba perhatikan botol susunya, apakah masih layak pakai atau harus perlu diganti? Apa saja pertimbangannya?
Kapan harus diganti?
Menurut dr. Ommy Ariansih, SpA dari Rumah Sakit Islam Jakarta, sebenarnya, tidak ada patokan pasti dari produsen botol susu mengenai kapan waktu pergantian botol susu bayi.
“Tak bisa dipastikan harus diganti setiap beberapa bulan, misalnya. Tergantung dari material botol, segi perawatan dan juga penggunaan botol susu itu sendiri. Misalnya, pencucian botol susu itu dengan apa, pemakaiannya seberapa sering, air untuk pencucian mengandung bahan kimia tertentu atau tidak, dan sebagainya,” tutur dr. Ommy.
Botol susu sendiri ada yang terbuat dari kaca atau dari plastik. Walau tak ada aturan baku, ada beberapa kondisi yang perlu menjadi perhatian Moms saat memutuskan untuk mengganti botol susu si kecil, antara lain:
* Angka atau garis takaran pada botol susu terlihat tidak jelas (buram). Ini berarti botol susu si kecil sudah kusam – bisa jadi akibat terlalu sering direbus dalam air mendidih untuk tujuan sterilisasi - dan tidak layak pakai lagi. Moms juga akan mengalami kesulitan saat menakar susu si kecil sesuai kebutuhannya. Bila menemukan hal seperti ini, sebaiknya botol susu segera diganti.
* Botol susu retak atau pecah. Umumnya menimpa botol susu yang terbuat dari kaca/gelas, segera ganti dengan yang baru.
* Botol susu bocor. Jelas, harus langsung diganti.
* Botol susu terkelupas atau baret-baret. Segera diganti, dikhawatirkan material pada botol susu yang sudah terkelupas itu bisa ikut tercampur dengan susu dan terminum oleh si kecil.
* Ukuran botol tidak sesuai lagi. Si kecil pasti akan bertambah besar, kebutuhannya akan susu pun meningkat. Nah, sesuaikan ukuran botol dengan asupan susu. Bila biasanya si kecil menggunakan botol susu berukuran 30 – 50 ml, Anda bisa menggantinya dengan botol sedang berukuran 120 ml atau bahkan botol besar berukuran di atas 200 ml. Begitu pula dotnya, sesuaikan besar kecilnya lubang dot dengan ukuran mulut bayi atau kemampuan isap si kecil.
Memilih botol susu yang aman
Bila memilih botol susu dari plastik, sebaiknya pilih botol susu yang terbuat dari bahan polypropylene (pp) dan bebas Bisphenol A (BPA).
Bisphenol A (BPA) telah lama diketahui sebagai penyebab beberapa masalah kesehatan, seperti gangguan hormon dan obesitas. Bahkan National Toxicology Program (sebuah badan dalam Departemen Kesehatan Amerika Serikat yang mengurusi penggunaan bahan kimia pada barang kebutuhan sehari-hari) mengungkapkan ada beberapa permasalahan syaraf yang berhubungan dengan perilaku anak, akibat paparan BPA.
Untuk mengetahui apakah botol susu terbuat dari polypropylne (pp) dan bebas Bisphenol A (BPA), Anda tinggal melihat lambang segitiga bernomor #5 di bagian bawah botol dengan ciri fisik, botol susu transparan yang tidak jernih (keruh atau berawan).
Plus minus botol susu kaca
Yang juga tergolong aman adalah botol susu yang terbuat dari bahan kaca atau gelas. Selain lebih awet, tahan lama, tidak mengandung BPA, juga lebih mudah membersihkan lemak ASI dari permukaan gelas/kaca. Sebaiknya pilihlah botol susu yang bening atau tidak berwarna.
Hanya saja, botol susu kaca cukup berat dan tebal hingga kurang nyaman digunakan, dan lebih mudah pecah bila terjatuh. Oleh karena itu, bila Moms memilih botol kaca untuk si kecil, Moms harus lebih berhati-hati mengawasi penggunaannya.
Sumber : Okezone
Ma, Beliin Botol Susu Lagi, Ya?
0 komentar:
Post a Comment