Kesehatan wanita bertujuan untuk memberikan kesejahteraan. Salah satu pencegahan kesakitan pada wanita meliputi skrining dan diagnosis melalui manajemen pencegahan yang memahami bahwa wanita merupakan manusia yang unik. Dalam manajemen pencegahan ini meliputi identifikasi insidensi umum, tingkat keparahan dan faktor resiko.
Alasan mengapa kesehatan wanita menjadi penting adalah bahwa populasi wanita di dunia pada umumnya akan lebih banyak dibandingkan populasi laki-laki. Hal ini dikarenakan bahwa ekpektansi usia harapan hidup wanita lebih panjang dibandingkan usia harapan hidup laki-laki (familiar paradox). Umur Harapan Hidup (UHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat baik tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun negara.
Kesehatan wanita dalam siklus kehidupan dipengaruhi oleh faktor biologi, budaya, perilaku dan sosial. Mortalitas dan morbiditas pada wanita lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biologi. Salah satu peran faktor biologi adalah hormon. Dalam siklus kehidupan dan reproduksi peran hormon tersebut mempengaruhi kondisi kesehatan wanita. Wanita dalam masa usia reproduksi yaitu usia 15 - 45 tahun dari pubertas sampai menopouse tidak terlepas dari peran hormon estrogen. Hormon estrogen ini akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya usia. Dampak dari penurunan hormon ini mempengaruhi kesehatan wanita. Selain faktor biologi terdapat faktor Faktor confounding yaitu kesehatan fisik, genetik, paparan lingkungan, diet dan akses kepada pelayanan kesehatan.
Kesehatan anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan wanita. Salah satu indikator kesehatan umum dan kesejahteraan suatu masyarakat adalah angka kematian dan kesakitan pada bayi/anak. Keadaan ini juga memberi dampak pada kesakitan dan kematian pada ibu/wanita. Sebagai contoh karena suatu proses persalinan lama menyebabkan cedera jalan lahir sehingga menimbulkan penurunan kesehatan ibu dan atau bayi. Keadaan malformasi kongenital dan target aborsi oleh karena seleksi jenis kelamin menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.
Kesakitan dan kematian ibu dan anak dapat terjadi dalam setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan dari masa bayi sampai dengan masa usia lanjut. Faktor biologi dan diskriminasi gender menjadi faktor penyebab. Berikut ini adalah permasalahan kesehatan ibu dan anak dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan:
1. Pada masa infant :
• Bayi laki-laki lebih banyak yang dilahirkan dibandingkan dengan wanita karena adanya seleksi jenis kelamin dan tidak adekuatnya pelaporan dari regristrasi kelahiran.
• Kematian pada masa infant memiliki resiko pada minggu pertama oleh karena
– Komplikasi kehamilan
– Premature
– BBLR
– Tidak adekuat prenatal care
• Faktor penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian pada Infant adalah kemiskinan, tidak adekuat dukungan sosial dan kurang akses ke pelayanan kesehatan.
2. Masa Childhood:
• Resiko kematian 2 kali pada anak usia 1-4 tahun dibandingkan usia 5-14 tahun
• Adanya perlakuan giskriminasi gender sebagai contoh bayi wanita lebih cepat disapih sehingga mempunyai resiko kontaminasi makanan, resiko kekurangan nutrisi, kurang akses ke pelayanan kesehatan dan pengobatan.
• Resiko morbiditas dan mortalitas karena kondisi Infeksi, terserang Parasit ISPA, kelainan kongenital, cedera dan keracunan.
• Anak dapat menjadi target dari:
– Violence
– Abuse
– Neglect
3. Masa Remaja
Merupakan turbulance stage dalam siklus kehidupan karena pada masa remaja terjadi perubahan fisiologis, psikologis dan sosial.
Perubahan yang terjadi dipengaruhi proses adapatasi dari peran hormon.
Resiko morbiditas dan mortalitas oleh perilaku seperti cedera dan keracunan.
Morbiditas disebabkan oleh:
– STD
– HIV/AIDS
• Peran penting dari faktor sosial yaitu ekspektasi peran gender pada remaja :
• Laki-laki dengan gambaran fisik tinggi dan atletis;
• Wanita dengan gambaran kurus, langsing berresiko kurang gizi, anoreksia, bulimia;
• Target konsumen seperti rokok, obat-obatan, alkohol, sport (motor, mobil).
4. Masa Dewasa :
• Peran sosial baru, dan tanggungjawab sosial
• Muncul Isu-isu reproduksi manusia, perkawinan dan karier
5. Masa Transisi manula :
• Perimenopouse dan menopouse
• Perubahan endokrin yang menimbulkan gejala rasa panas pada wajah, atropy vagina, penambahan berat badan, insomnia, perubahan mood dan depresi
• Resiko osteoporosis dan penyakit jantung
• Therapy sulih hormon (Human Replacement Therapy)
6. Menoupouse :
• Reaksi obat
• Ketidakseimbangan fungsi kognitif dan motorik
• Insomnia
• Gangguan afektif
• Resiko bunuh diri
Dalam konteks kesehatan wanita dalam kesehatan reproduksi terdapat permasalahan kesehatan wanita sepanjang siklus kehidupan :
Infant dan masa anak-anak ( 0-9 tahun)
– Seleksi jenis kelamin
– Sunat wanita
– Diskriminasi dalam nutrisi
– Diskriminasi dalam pelayanan kesehatan
Remaja (10-19 tahun)
– Memilliki anak (Early childbearing)
– Aborsi
– PMS dan AIDS
– Defisiensi mikronutrien dan kekurangan gizi
– Peningkatan trend penyalahgunaan obat
Usia reproduktif
– Unplanned pregnancy
– Penyakit menular seksual (STDs) dan AIDS
– Aborsi
– Komplikasi kehamilan
– Malnutrisi khususnya defisiensi Fe
Post reproduksi
– Penyakit kardiovaskuler
– Kanker gynaecology
– Osteoporosis
– Osteoartritis
– Diabetes mellitus
Dari seluruh permasalahan kesehatan dalam rentang kehidupan faktor kekerasan berbasis gender, paparan masalah kesehatan dan lingkungan kerja dan depresi merupakan faktor penyebab yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan dan reproduksi wanita.
Kesehatan Reproduksi :
Bagian dari kesehatan wanita adalah kesehatan reproduksi wanita. Permasalahan seputar kesehatan reproduksi wanita sangat kompleks namun seringkali terabaikan oleh karena perlakuan diskriminasi gender. Misi Maternal and child health (MCH) adalah melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada wanita dalam siklus kehidupannya. Sejak dulu kesehatan wanita selalu dihubungkan dengan:fertilitas dan maternity yaitu kesuburan dan tanggungjawab rumah tangga serta sosial.
Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan
Mengapa kesehatan reproduksi ?
Kesehatan reproduksi menjawab pertanyaan mengenai bagaimana memaksimalkan kesehatan reproduksi pria dan wanita. Kesehatan reproduksi manusia dimulai dengan pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi yang ditandai dengan pubertas. Pubertas berlanjut selama siklus hidup pria sedangkan pada wanita akan berhenti saat menopous. Kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh kondisi kesuburan dan hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas seksual, kehamilan dan kontrasepsi.
Perawatan Kesehatan Reproduksi
Suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan reproduksi dan kesejahteraan melalui pencegahan dan penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi mencakup perawatan kesehatan seksual, yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan hubungan antar pribadi dan bukan hanya perihal konseling, dan proses reproduksi dan penyakit menular seksual
Implikasi definisi kesehatan reproduksi
n Setiap orang mampu memiliki kehidupan seksual yg memuaskan dan aman bagi dirinya dan mampu menurunkan serta memenuhi keinginannya tanpa hambatan apapun, kapan dan beberapa sering untuk memiliki keturunan
Hak-hak Reproduksi berdasarkan kesepakatan konferensi internasional kependudukan (ICPD) tahun 1994 di Kairo merumuskan hak reproduksi yaitu :
Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi
Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Perawatan primer kesehatan reproduksi ICPD, 1994
- Bimbingan dalam melaksanakan KB termasuk didalamnya adalah pemberian pendidikan, komunikasi, informasi, konseling dan pelayanan kontrasepsi
- Pendidikan dan pelayanan untuk perawatan pranatal
- Penanganan proses kelahiran yang aman
- Perawatan pascanatal, khususnya pemberian ASI, perawatan kesehatan bayi, anak dan Ibu
- Pencegahan dan pengobatan yang memadai terhadap infertilitas
- Penanganan terhadap aborsi
- Pengobatan ISK
- Pelayanan PMS, HIV/AIDS serta kanker alat reproduksi
- Informasi pendidikan dan konseling terhadap seksualitas
Paket pelayanan kesehatan reproduksi meliputi :
n Paket pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif (PKRK) adalah pelayanan kesehatan reproduksi yang mencakup semua pelayanan tentang masalah kesehatan reproduksi dan seksual yang terjadi pada semua siklus kehidupan.
Komponen pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif terdiri dari :
1. Kesehatan ibu anak
2. Remaja
3. Infertilitas
4. Kekerasan terhadap perempuan
5. Safe Motherhood
6. PMS dan HIV/AIDS
7. Penyakit kanker kesehatan reproduksi
8. Masalah usia lanjut
n Paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE) yang ditujukan untuk masalah kesehatan reproduksi prioritas.
Prioritas pelayanan kesehatan reproduksi esensial
1. KB
2. Safe Motherhood
3. Pencegahan dan manajemen komplikasi aborsi
4. PMS, HIV/AIDS
5. Pencegahan dan manajemen infertilitas
6. Kesehatan reproduksi remaja
Kesehatan reproduksi dan kualitas keluarga
- Mikro ekonomi
- Makro ekonomi
- Kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak
Tingkat makro ekonomi meliputi :
- Sarana pelayanan terhadap kebutuhan penduduk/kapita untuk negara berkembang
- Penduduk yang kurang berpendidikan dan lebih miskin akan cenderung memiliki anak lebih banyak
- Lebih sering melahirkan cenderung mengeluarkan biaya yang lbh banyak
- Kesempatan partisipasi wanita dalam pasar kerja : anak banyak VS anak sedikit
- Jumlah penduduk yang banyak akan berkaitan dengan kerusakan lingkungan
Tingkat mikro ekonomi
- Meningkatnya rata-rata umur perkawinan dan melahirkan anak pertama
- Rata-rata anggota keluarga dan rumah tangga mengecil jumlahnya
- Beban ketergantungan mengalami perubahan berdampak meningkatnya penduduk usia lanjut
- Peningkatan jumlah kepala rumah tangga wanitaoleh karena usia harapan hidup wanita lebih panjang
- Keterlibatan wanita dalam pasar kerja meningkat
Kualitas keluarga
- Menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dengan mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki
- Menjarangkan jarak kelahiran anak dapat mengurangi resiko kematian bayi dan anak
- Memberikan keuntungan kpd pasangan,keluarga,dan masyarakat secara keseluruhan
- Membantu remaja untuk mengambil keputusan dalam memilih kehidupan yang lbh baik dengan merencanakan proses reproduksinya
- Memungkinkan pria untuk ikut bertanggungjawab dalam kesehatan reproduksi dan keluarga
Hak-hak reproduksi dan masalah kematian ibu, bayi dan anak adalah :
- Hak- hak hidup, kebebasan dan keamanan
- Hak-hak untuk membentuk keluarga dan kehidupan berkeluarga
- Hak-hak terhadap pelayanan kesehatan dan benefit perkembangan ilmu pengetahuan
- Hak-hak kesetaraan dan non diskriminasi
A. Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatn, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan akibat bencana serta peningkatan pelayanan kesehatan daerah terpencil, tertinggal, daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar.
Visi dan Misi Departemen Kesehatan yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka untuk mencapai upaya tersebut adalah :
1. Pelayanan Kesehatan Dasar yang terdiri dari
a. Pelayanan Kesehatan ibu dan anak :
Kebijakan tentang KIA secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan K4.
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 70,62 % - 77,21 %.
c. Deteksi Resiko, Rujukan Kasus Resti dan Penanganan Komplikasi
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Deteksi risiko oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar 46,17% sedangkan deteksi risiko oleh masyarakat (kader, tokoh masyarakat,dll) sebesar 22,08%.
Resti komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Resti/komplikasi kebidanan meliputi Hb <> 140 mmHg, diastole > 90 mmHg). Oedeme nyata, ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.
d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu lagi pada umur 8-28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi pada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi);pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatal (KN2) pada tahun 2007 sebesar 77,16%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Masa subur seorang wanita memiliki peranan penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita terjadi antara usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007, persentase wanita berumur 10 tahun keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah 2 orang (23,02%), 1orang (19,52%) dan 3 orang (17,11%). Sedangkan rata-rata jumlah anak lahir hidup per wanita usia 15-19 tahun adalah 1,79 untuk daerah perkotaan dan 1,98 di pedesaan.
3. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi 0-1 tahun (BCG,DPT, Campak, Polio, HB), imunisasi untuk wanita usia subur/ibu hamil TT dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1; DT dan kelas 2-3; TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti desa non UCI, potensial/resti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Pencapaian UCI pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti eilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Dalam hal ini pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa dan kelurahan. Pencapaian UCI pada tahun 2007 sebesar 71,18 % dengan target nasional UCI 80%.
Program-program kebijakan pemerintah terhadap kesehatan ibu dan anak di Indonesia yang sedang berlangsung diantara meliputi :
• Perawatan Penyakit Anak yang Terpadu (IMCI)
• Rencana Kesehatan Remaja Nasional
• kebijakan dan rencana untuk mencegah malaria dalam kehamilan dan malaria bawaan, penularan vertikal HIV dan syphilis dalam kehamilan
• Making Pregnancy Safer
• Peningkatan kesadaran akan HIV/AIDS
Thursday, 13 August 2009
Masalah Pada Ibu Menyusui Dan Solusinya
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil dan menyusui adalah persyaratan penting untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit itu.
Dalam menanti kelahiran bayi, si Ibu harus menyiapkan terlebih dahulu keadaan psikologinya dalam menghadapi bayinya nanti, terutama dalam hal menyusui bayi. Berikut langkah-langkah yang harus diambil untuk mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui bayinya:
Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses dalam menyusui bayinya; menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil menjalaninya, bila ada masalah hubungi dokter atau petugas kesehatan yang berkompeten.
Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula
Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga lain
Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam keluarga, ibu dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan bayi sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga
Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan dokter atau petugas kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam membantu ibu sehingga hilang keraguan atau ketakutan untuk bertanya tentang masalah yang tengah dihadapinya.
Selain hal tersebut diatas, ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan :
Ukuran dan bentuk
Tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
Kontur/permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi (pengangkatan jaringan), retraksi (tindakan menarik kembali) atau luka pada kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan dibawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk
Warna kulit
Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu diperhatikan adalah warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit atau bahkan keganasan
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara :
Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)
Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan
Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja
Masalah yang sering terjadi pada saat menyusui:
Mastitis Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses (nanah) payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama dari mastitis adalah stasis (terhenti) ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.
Gejala mastitis non-infeksius:
Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut
Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut
Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja
Gejala mastitis infeksius:
Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
Ibu dapat mengeluh sakit kepala
Ibu demam dengan suhu di atas 34 oC
Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir)
Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan”
Pengobatan:
Lanjutkan menyusui
Berikan kompres panas pada area yang sakit
Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik (ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam dan nyeri
Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (< 39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan gejala berkurang.
Kandida/sariawan Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui.Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk menghisap.Pengobatan:
Obati ibu dan bayinya
Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis menyusui.
Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui untuk mengurangi nyeri.
Cacar air (virus varisela zoster) Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah menderita cacar air dan tidak beresiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi beresiko karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai kesempatan untuk berkembang.Perawatan :
Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan
Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar.
Jika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum melahirkan :
ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami lesi (hilangnya fungsi suatu bagian). Hanya sekitar 50% bayi yang terpapar akan berkembang menjadi penyakit
keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain
jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak dihentikan.
So…para ibu..ga perlu cemas karena semua itu ada solusinya..biidznillah.. Semoga bermanfaat
Dalam menanti kelahiran bayi, si Ibu harus menyiapkan terlebih dahulu keadaan psikologinya dalam menghadapi bayinya nanti, terutama dalam hal menyusui bayi. Berikut langkah-langkah yang harus diambil untuk mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui bayinya:
Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses dalam menyusui bayinya; menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil menjalaninya, bila ada masalah hubungi dokter atau petugas kesehatan yang berkompeten.
Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula
Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga lain
Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam keluarga, ibu dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan bayi sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga
Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan dokter atau petugas kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam membantu ibu sehingga hilang keraguan atau ketakutan untuk bertanya tentang masalah yang tengah dihadapinya.
Selain hal tersebut diatas, ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan :
Ukuran dan bentuk
Tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
Kontur/permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi (pengangkatan jaringan), retraksi (tindakan menarik kembali) atau luka pada kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan dibawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk
Warna kulit
Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu diperhatikan adalah warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit atau bahkan keganasan
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara :
Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)
Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan
Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja
Masalah yang sering terjadi pada saat menyusui:
Mastitis Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses (nanah) payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama dari mastitis adalah stasis (terhenti) ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.
Gejala mastitis non-infeksius:
Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut
Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut
Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja
Gejala mastitis infeksius:
Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
Ibu dapat mengeluh sakit kepala
Ibu demam dengan suhu di atas 34 oC
Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir)
Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan”
Pengobatan:
Lanjutkan menyusui
Berikan kompres panas pada area yang sakit
Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik (ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam dan nyeri
Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (< 39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan gejala berkurang.
Kandida/sariawan Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui.Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk menghisap.Pengobatan:
Obati ibu dan bayinya
Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis menyusui.
Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui untuk mengurangi nyeri.
Cacar air (virus varisela zoster) Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah menderita cacar air dan tidak beresiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi beresiko karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai kesempatan untuk berkembang.Perawatan :
Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan
Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar.
Jika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum melahirkan :
ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami lesi (hilangnya fungsi suatu bagian). Hanya sekitar 50% bayi yang terpapar akan berkembang menjadi penyakit
keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain
jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak dihentikan.
So…para ibu..ga perlu cemas karena semua itu ada solusinya..biidznillah.. Semoga bermanfaat
Masalah Pada Ibu Menyusui Dan Solusinya
Subscribe to:
Posts (Atom)