Pages

Friday 26 March 2010

Pola Pengasuhan Anak

POLA asuh sangat menentukan perkembangan anak. Banyak model pengasuhan yang bisa Anda pilih. Salah satunya adalah attachment parenting yang penuh kasih sayang.

Setiap orangtua pasti ingin memiliki ikatan emosional yang kuat dengan buah hatinya. Mereka juga selalu berusaha untuk mengembangkan gaya pengasuhan anak yang tentunya sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut. Karena bagaimana pun, cara mengasuh anak sangat menentukan kepribadian kelak ketika mereka dewasa.

Kebanyakan ahli setuju pengasuhan dengan pola mencoba dan melihat hasilnya (trial and error) adalah yang terbaik. Berkaca pada filosofi yang banyak berkembang di masyarakat, orangtua tentunya memiliki pendekatan yang berbeda untuk melihat apa akhirnya pola pengasuhan yang sesuai untuk mereka dan anakanak mereka.

Salah satu model pengasuhan yang kini sedang banyak dikembangkan adalah
attachment parenting (pengasuhan dengan cinta). Pola ini berfokus pada hubungan pengasuhan orangtua untuk mengembangkan potensi anak-anak mereka. Memelihara jalinan hubungan antara orangtua dan anak dipandang sebagai cara ideal untuk menumbuhkan rasa aman, mandiri, dan empati dalam diri si kecil.

Pendukung metode pengasuhan ini adalah dokter anak terkenal dari Amerika Serikat, William Sears MD. Dia yang pertama kali memopulerkan pengasuhan dengan cinta ini, Sears percaya, pola pengasuhan ini membuat orangtua akan membentuk hubungan dengan si anak berdasarkan rasa aman dan kemandirian sebagai orang dewasa.

Menurut Sears, ada tujuh prinsip utama pengasuhan ini. Dia menyebutnya ”7 Baby B” atau ”Attachment Tools”. Pertama, ikatan jiwa saat kelahiran. Sears mengakui prinsip ini berlaku sekarang dan akan datang. Mengadopsi, mendidik anak-anak serta bayi dalam perawatan intensif semua dapat dipelajari untuk membentuk hubungan yang sehat sebagai orang dewasa di kemudian hari.


Kedua, menyusui. Kegiatan ini sedang digalakkan di mana-mana karena menyusui terbukti memiliki banyak manfaat baik bagi seorang ibu maupun bayinya. Terutama untuk menghasilkan peningkatan ”ikatan kuat” antara hormon, prolaktin dan oksitosin. Ketiga, menggendong bayi. Dengan sering menyentuh dan memegang, orangtua akan lebih peka terhadap isyarat akan kebutuhan bayi.

Keempat, selalu berada dekat dengan bayi. Sears menyarankan agar ibu tidur dekat dengan bayi. Namun, model pengasuhan dengan cinta ini secara lebih lengkap masih mengakui perlunya orangtua untuk mendapatkan jam tidur malam yang cukup.

Prinsip kelima adalah percaya bahwa tangisan bayi memiliki makna terhadap kebutuhan bayi. ”Orangtua sebaiknya menanggapi saat bayi mereka menangis dan bukan membiarkan mereka mengeluarkan air mata terus-menerus,” kata Sears.

Keenam, waspada terhadap pengasuh bayi. Dia mementingkan kenyamanan orangtua saat pengasuh mulai mengambil alih peran. Kenyamanan pengasuhan menempatkan kemudahan orangtua di atas segalanya atau kebutuhan emosional antara orangtua dan anak. Prinsip pengasuhan dengan cinta yang terakhir adalah keseimbangan.

Prinsip ini menekankan keseimbangan bagi orangtua saat menjalankan pengasuhan kepada anak dengan masalah rumah tangga serta kesehatan mereka sendiri dan kebutuhan emosionalnya.

Meski terlihat baik, banyak juga pihak yang mengkritik attachment parenting ini. Meskipun tidak seorang pun yang menolak ikatan emosional yang kuat dekat dengan bayi akan berakhir dengan hasil yang positif. Tetapi apakah dapat Anda lihat bahwa hal itu memiliki terlalu banyak hal yang baik?

Iya, kata pengkritik pola pengasuhan ini. Kontroversi memang masih mengelilingi teori mendidik dengan cara ini. Apalagi, penelitian awal tentang masalah ini dilakukan pada seekor hewan. Sejumlah poin yang pengkritik lancarkan, di antaranya hubungan berbagi tempat tidur dan kematian bayi.

Mereka -para kritikus- percaya bahwa berbagi tempat tidur akan meningkatkan risiko bayi menderita sindroma kematian mendadak/SIDS. Attachment Parenting International (API) yaitu asosiasi pendidikan di seluruh dunia untuk gaya pengasuhan ini berusaha untuk mengurangi risiko dengan menerbitkan aturan berbagi tempat tidur yang aman.

Apalagi, prinsip pengasuhan dengan cinta ini mengesampingkan pengalaman seseorang. Banyak ahli psikologi perkembangan tidak lagi melihat prinsip pola ini sebagai ”sifat.” Dalam istilah psikologis, sifat adalah sesuatu keadaan manusia yang berlaku permanen dan merupakan karakteristik seumur hidup.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemampuan untuk membentuk pribadi yang sehat dan pendekatan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, di antaranya hubungan dengan teman sebaya, kegiatan di sekolah, berkencan, pernikahan, serta pengalaman anak di usia dini.

Pengasuhan dengan cinta ini juga tidak melihat pola mendidik dari berbagai sudut pandang, sesuai perubahan zaman. Padahal, teori soal ini mulai muncul di era 1950-an, sebelum munculnya tempat ataupun lembaga penitipan anak. Dari situ, para psikolog berdebat mengenai apakah ibu harus tinggal di rumah untuk membesarkan anak-anak mereka.


Dewasa ini banyak anak-anak, bahkan sejak bayi telah diberikan ke pengasuh atau ditaruh di tempat penitipan anak karena si ibu sibuk bekerja di luar rumah. Para kritikus ingin pola attachment parenting ini diperbarui untuk mengakomodasi perubahan gaya hidup yang terjadi akhir-akhir ini.

Kritik lain terhadap metode pengasuhan ini adalah banyak yang percaya mengasuh buah hati dengan memberikan perhatian terus-menerus untuk anak dalam suasana hati apa pun dapat mengakibatkan si anak terkekang dan orangtua menjadi stres. Kejadian lebih buruk lagi, jika anak-anak berontak dan berusaha melawan orangtua, yang sebenarnya memiliki niat baik terhadap mereka.


Dasar ilmiah pola pengasuhan dengan cinta ini juga masih diperdebatkan. Pendukung metode ini yakin tanpa penerapan model ini anak akan mengalami masalah gangguan psikologis akibat pola pengasuhan yang salah atau dikenal dengan reactive attachment disorder(RAD).

Namun, American Psychiatric Association (APA) menyebutkan, gangguan ini tidak mudah terjadi. Gangguan tersebut akan diderita apabila anak memiliki kekurangan, baik fisik maupun kasih sayang, seperti terjadi pada anak yatim. Apalagi, sejumlah peneliti juga telah menemukan terapi intervensi untuk menyembuhkan anak dengan gangguan seperti itu.
 
Sumber : Okezone 

Share/Save/Bookmark

0 komentar: