Pages

Tuesday, 30 March 2010

Video Edukasi Tak Tingkatkan Kemampuan Bahasa Anak, Beneran Gak Ya?

BAGI Anda yang gemar memberikan stimulasi otak bayi lewat tayangan video, sebaiknya segera berpikir ulang. Cara tersebut ternyata tidak memberikan manfaat apa-apa bagi kemampuan bahasa anak.

Penelitian terbaru yang dilakukan University of Miami Miller School of Medicine, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa orangtua yang berusaha mendukung perkembangan bayi dengan menyediakan DVD edukasi untuk memperkenalkan kosakata baru, kemungkinan besar tidak akan mencapai hasil apa-apa.

Studi bahkan menemukan, anak-anak yang mulai menyaksikan DVD di usia dini justru memiliki kemampuan bahasa yang lebih rendah. ”Anak-anak di usia ini merupakan ilmuwan kecil yang sedang menjelajah dunia, mencari tahu cara kerja berbagai hal,” terang dokter anak dari University of Miami Miller School of Medicine, Amerika Serikat, Dr Jeffrey Brosco.



”Mereka berkeliling untuk melihat rupa benda dari berbagai sisi. Mereka menjatuhkan barang untuk melihat apa yang terjadi,” lanjutnya seperti dikutip situs
healthday.com.

Anak-anak ini, kata Brosco, adalah pelajar aktif. Sedang video yang mereka tonton sama sekali tidak mempromosikan pembelajaran aktif dan keterlibatan sosial. Karena itu, tayangan tersebut tidak bisa meningkatkan kemahiran berbahasa anak.

Senada dengan itu, Rahil Briggs, Direktur Healthy Steps di Children’s Hospital at Montefiore dan asisten dokter anak di Albert Einstein College of Medicine di New York City, Amerika Serikat, meyakini bahwa dengan menonton DVD, ”mungkin memang ada sedikit ilmu pengetahuan di dalamnya, tetapi lebih banyak dari segi marketingnya”.

Menurut para peneliti, kurangnya interaksi sosial saat menonton video mungkin adalah alasan utama untuk menyatakan bahwa perkembangan anak tidak mengalami kemajuan saat menyaksikan layar TV, seperti yang menjadi kesimpulan studi ini.


”Sudah dikenal secara umum sejak lama bahwa interaksi sosial adalah kegiatan penting untuk anak-anak belajar –baik berinteraksi dengan orangtua, guru, maupun saudara yang lebih tua,” kata Ribka A Richert, penulis utama penelitian ini yang dijadwalkan akan diterbitkan dalam edisi Mei Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine.

”Studi kami menyimpulkan bahwa layar TV dan orang-orang yang berada di dalamnya tidak bisa menggantikan interaksi yang hidup,” terangnya. Puluhan judul video dan DVD soal perkembangan anak saat ini banyak dipasarkan kepada kalangan orangtua. Menurut penelitian, orangtua mulai ”mencekoki” bayi dengan tontonan jenis ini rata-rata sejak usia 5 bulan.


Lebih dari satu kali penelitian termasuk di University of Washington, bahwa jenis DVD edukasi ini dapat menghambat perkembangan bahasa ataupun penyerapan kosakata baru bagi bayi. Akibat hasil tersebut, salah satu pencipta seri Baby Einstein mengajukan gugatan terhadap universitas tersebut karena mereka dianggap menghalang-halangi kemauan dan permintaan dari para konsumen.


Dalam studi baru yang melibatkan 96 bayi berusia antara 12 dan 25 bulan. Setengah dari partisipan dibiarkan menyaksikan Baby Wordsworth DVD (salah satu dari seri Baby Einstein) di rumah sebanyak lima kali dalam dua minggu, selama enam minggu.


Bayi tersebut lalu diuji di laboratorium setiap minggu untuk melihat apakah mereka sedang belajar kata-kata yang telah mereka tonton dalam DVD tersebut. Orangtua dan pengasuh juga diminta untuk melaporkan kemajuan anaknya.

Para peneliti menemukan bukti bahwa video tersebut tidak meningkatkan penyerapan bahasa bagi bayi, namun tidak juga menghambat. Tetapi, jika bayi sejak usia dini telah mulai menonton video, maka semakin rendah perkembangan bahasanya secara keseluruhan. Namun, para peneliti menambahkan hal ini bisa saja terkait dengan karakteristik lain di rumah si anak.

”Hal ini memang tidak mencakup banyak sisi karena ada jenis keluarga yang memutarkan video edukasi selama 1 bulan berturut-turut, namun tidak diimbangi dengan banyak berbicara secara langsung dengan anak,” kata Brosco.


”Ada banyak alasan mengapa itu bisa terjadi,” tambah Richert, yang merupakan asisten profesor psikologi di University of California, Riverside, Amerika Serikat.

”Kami bertanya kepada orangtua mengapa mereka mempertontonkan DVD tersebut sejak usia dini,” lanjutnya. Intinya, jelas Brosco, interaksi dengan manusia dan lingkungan secara langsung tampaknya menjadi kunci sarana belajar untuk anak-anak, bukan hanya dengan cara menonton di TV.

”Interaksi sosial tampaknya kegiatan paling penting bagi anakanak dalam beberapa tahun pertama kehidupan,” tambah Brosco yang merupakan ayah dari empat anak ini. Dan, Briggs menyetujui pendapat itu. ”Kita tahu bahwa dari hari-hari pertama masa bayi saat balita dan anak usia dini, interaksi sosial adalah mutlak cara yang ideal untuk belajar,” katanya. Daripada menghabiskan waktu 30 menit atau lebih pergi ke toko untuk membeli video, orangtua sebaiknya mengambil waktu untuk berbicara dengan anak-anak mereka tentang apa yang mereka lihat dan amati di lingkungan sekitarnya.

”Saya katakan kepada orangtua untuk berpura-pura menjadi pembawa acara olahraga, menceritakan kejadian apa saja yang terjadi di lapangan. Mereka harus berbicara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anaknya,” ujar Briggs. Sebelumnya, sebuah studi menunjukkan, menonton acara TV juga tidak akan membantu kemampuan berbahasa dan kemampuan visual motorik anak.


Berdasarkan studi yang meneliti dampak TV terhadap anakanak ini, menonton TV tidak akan membantu meningkatkan IQ anak sebelum berusia 2 tahun. Para peneliti menemukan bahwa bayi berusia 3 tahun yang menonton TV tidak mendapatkan keuntungan dari segi kemampuan berbahasa atau kemampuan visual motorik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menonton TV. Tetapi menurut para peneliti, menonton TV juga tidak membahayakan perkembangan anak-anak tersebut.


”Berlawanan dengan klaim pemasaran dan persepsi orangtua yang mengira kalau menonton TV baik untuk perkembangan otak anak, tidak ada bukti mengenai hal itu,” ujar peneliti Evans Schmidt PhD dari The Center on Media and Child Health di Harvard Medical School, Amerika Serikat.

”Dalam studi ini, menonton TV secara tersendiri tidak menunjukkan hasil nyata dalam perkembangan kemampuan kognitif,” tutur Schmidt. ”Menonton TV dengan adanya campur tangan keluarga, mungkin bisa membantu perkembangan kognitif,” lanjutnya
Sumber : Okezone

Share/Save/Bookmark

0 komentar: