Sunday, 4 April 2010
Berbahayakah Cacar Pada Saat Hamil?
Wanita hamil sangat rentan terhadap infeksi bakteri, virus, maupun parasit. Ini karena secara fisiologis, sistem imun wanita hamil menurun. Infeksi bisa berdampak buruk bagi ibu serta janinnya. Salah satu infeksi yang sering dikhawatirkan adalah cacar.
Sistem imun janin baru terbentuk di usia kehamilan 12 minggu. Di usia kehamilan 26 minggu, sistem imun janin hampir sama dengan ibunya. Saat lahir, bayi masih mendapat antibodi dari sang ibu. Secara perlahan, dua bulan kemudian antibodi pada bayi menurun. Kondisi rentan membuat ibu hamil memang harus ekstra perhatian terhadap kesehatan dirinya agar terhindar dari infeksi, salah satunya cacar.
Risikonya kecil
Pernah ada rekan wanita hamil yang sangat khawatir terkena cacar. "Takut ada apa-apa dengan janin saya," begitu katanya. Penyakit cacar yang dimaksud adalah cacar air atau varisela. Orang asing menyebutnya chickenpox.Cacar ini disebabkan varicella zoster virus (VZV) atau disebut juga human herpes virus-3 (HHV-3). Virus ini masuk kelompok DNA virus yang hidup laten pada ganglion (simpul saraf) bagian belakang setelah terjadi infeksi primer.
Sekitar 80-90 persen orang dewasa pernah terinfeksi cacar, sehingga memiliki kekebalan. Pada mereka yang pernah terkena, virus ini tidak benar-benar hilang dari tubuh. Virus bersembunyi di saraf tertentu, dan suatu saat bisa aktif kembali dalam bentuk infeksi herpes zoster
Bila infeksi primer baru terjadi saat dewasa, secara klinis penyakit yang timbul akan lebih parah. Ini termasuk ketika terjadi pada ibu hamil dan mereka dengan komplikasi penyakit.
Infeksi cacar air pada kehamilan trimester pertama bisa menyebabkan cacat bawaan seperti peradangan di bagian retina mata (korioretinitis), tidak berkembangnya bagian otak besar (atrofi kortek serebri), pembesaran ginjal (hidronefrosis), serta kelainan pada tulang dan kulit.
Kalau infeksi menyerang kehamilan di usia kurang dari 13 minggu, kemungkinan cacat bawaan yang terjadi sekitar 0,2 persen. Sementara infeksi yang terjadi di usia kehamilan 13-20 minggu, infeksinya meningkat menjadi 0,4-2 persen. Namun, bila infeksi terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, umumnya tidak terjadi kelainan. Perlu diingat bahwa masa inkubasi virus varicella ini kurang dari dua minggu.
Vaksin VZIG
Jika persalinan terjadi sebelum masa inkubasi atau tepat di saat persalinan, bayi akan terinfeksi. Dan bisa menimbulkan cacat pada usus serta susunan saraf pusat, mengingat antibodi pada tubuh ibu belum terbentuk. Untuk itu, bayi yang lahir harus disuntik imunisasi khusus sebagai pencegahan.
Zat kekebalan yang direkomendasikan oleh CDC and Prevention 1996 sebagai tindak pencegahan cacar adalah varicella zoster immunoglobulin (VZIG). Dosisnya 125 U/10 kg berat badan, maksimum 5 vial untuk pra atau pasca infeksi.
Meski demikian tidak setiap ibu hamil perlu disuntik vaksin. Cukup ditanya riwayat kesehatannya, apakah sudah pernah kena cacar atau belum. Bila sudah kena, tentu sudah memiliki antibodi.
Sementara ibu yang belum terkena cacar, berisiko tinggi tertular cacar air. Apalagi bila di lingkungan tempat ia tinggal sedang terjangkit wabah cacar. Ibu tersebut menjadi prioritas untuk mendapatkan vaksin VZIG.
Vaksin bisa diberikan pada ibu hamil sebelum persalinan dan bayi baru lahir. Prinsipnya VZIG diberikan dalam rentang waktu 96 jam setelah terjadi paparan infeksi cacar.
Pada bayi, suntikan diberikan 5 hari sebelum dan sesudah persalinan dengan vaksin VZIG atau zoster immunoglobulin (ZIG). Pemberian vaksin ini pada bayi masih tetap memungkinkan 30-40 persen bayi tetap terinfeksi virus.
Dengan kata lain, vaksin ini mampu melindungi 60-70 persen bayi yang terinfeksi dari risiko komplikasi dan kematian. Ada pula vaksin lain, varivax yang merupakan vaksin virus hidup. Hanya saja, vaksin ini tidak direkomendaskan bagi wanita hamil.
Hindari kontak langsung
Cara lain pencegahan, yaitu menghindari kontak langsung dengan mereka yang sedang sakit. Penularan dapat terjadi sejak 48 jam sebelum ruam pertama hingga 5 hari sesudahnya. Cacar air dapat ditularkan melalui udara pernapasan, kontak langsung dengan cairan ruam, dan kontak dengan barang yang terkena cairan ruam seperti seprai, selimut, dan handuk.
Papula dan vesikel yang belum kering juga mengandung banyak virus dan berpotensi menularkannya. Cacar ketika hamil dengan virus dalam darah (viremia), dapat menyebar melalui plasenta ke janin.
Mengingat sangat rentan mengalami infeksi, penting bagi ibu hamil untuk selalu menjaga kesehatannya, antara lain dengan selalu rnengonsumsi makanan bergizi.
Bila terjadi infeksi cacar ketika hamil, jangan terlalu khawatir. Risiko cacat bawaan tidak terlalu besar, meski tetap harus waspada. Segera konsultasi ke dokter kandungan guna mendapatkan informasi dan penanganan yang tepat.
Sumber : Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment