Pengaliran ASI dikendalikan oleh hormon oksitosin atau disebut juga hormon cinta. Kekhawatiran ibu, termasuk perasaan sedih, cemas, marah bisa mengurangi oksitosin. Hal inilah yang menyebabkan ASI tidak keluar, padahal payudara sebagai pabrik ASI selalu memproduksi. Isapan bayi paling maksimal pun, hanya bisa mengambil 60-70 persen suplai ASI.
Jadi, jika pun beberapa ibu mengklaim ASI tidak keluar, ini lebih disebabkan karena berbagai kondisi psikologis ibu, bisa jadi karena adanya pikiran khawatir atau takut.
"Hormon oksitosin tidak bekerja jika ibu stres. ASI tetap ada di gudang namun tidak mengalirkan ASI. Karenanya ibu harus rileks," papar Farahdiba Tenrilemba Jafar, Sekretaris Jenderal Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), saat workshop "Breastfeeding Tips For Working Moms" beberapa waktu lalu.
Menurut Diba, ibu seringkali merasa tak percaya diri karena ASI keluar sedikit setelah melahirkan. Padahal memang jumlah kolostrum masih sedikit pada saat ibu melahirkan. Namun bukan berarti tidak ada ASI, tegasnya.
Oleh sebab itu, kata Diba, hormon oksitosin perlu distimulasi termasuk dengan support suami dan keluarga. Bahkan, tempat bekerja juga bisa memberikan dukungan, dengan menyediakan kesempatan dan fasilitas bagi ibu menyusui.
Diba menjelaskan beberapa hal yang bisa membuat ibu lebih tenang sehingga oksitosin bekerja maksimal:
- Ibu dalam keadaan tenang.
- Mencium dan mendengarkan celoteh atau tangisan bayi.
- Melihat dan memikirkan bayi dengan perasaan sayang.
- Ayah menggendong atau menyendawakan bayi.
- Ayah menggantikan popok dan memandikan bayi.
- Ayah bermain, menggendong dan menyanyikan bayi.
- Ayah memijat bayi.
"Jika ada Ibu yang merasa tidak bisa menyusui ASI, ayah punya peran di dalamnya. Karena perhatian ayah sangat dibutuhkan ibu yang baru melahirkan," tegas Diba, menambahkan. Bersentuhan kulit dengan bayi (skin to skin) bisa menjadi cara bagi ayah dan ibu untuk menenangkan bayi, yang juga akan mempengaruhi psikis ibu pascamelahirkan.
Sedangkan, sejumlah faktor yang bisa mengurangi oksitosin diantaranya:
- Takut bentuk payudara berubah dan takut gemuk.
- Ibu bekerja.
- Ibu merasa atau takut ASI-nya tidak cukup.
- Ibu merasa kesakitan pada saat menyusui.
- Ibu merasa sedih, cemas, marah, kesal dan bingung.
- Malu menyusui.
- Suami atau keluarga kurang mendukung.
Beberapa kekhawatiran ibu cenderung tidak dilandasi alasan yang tepat. Karenanya ibu perlu mempersiapkan diri dengan memilih memberikan ASI. "Dengan mengenali anatomi payudara, misalnya, ibu tak perlu khawatir mengenai produksi ASI. Semua bentuk payudara bisa menyusui. Sedangkan jika bentuk payudara berubah, bukan karena menyusui tetapi bentuk mulai karena hamil," jelas Diba.
Dengan mempersiapkan diri lebih matang, serta menjelaskan komitmen kepada suami dan keluarga, untuk memberikan ASI, calon ibu akan lebih siap menghadapi masa menyusui. Bagaimanapun dukungan suami dan keluarga sangat penting pada masa ini.
Selamat datang di dunia ibu.
Thursday, 29 July 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 komentar:
aku suka artikel kamu..
Post a Comment